Meskipun bergurau itu penting, kita juga memang butuh suasana riang, menyukai dan menghargai orang-orang yang periang, tetap saja bersikap hati-hati, tidak berlebihan dan sedang-sedang saja adalah sesuatu yang sam pentingnya. Kebanyakan bergurau adan terus menerus melakukannya dalam setiap pergaulan, sesungguhnya dapat membuat hati itu keras. kewibawaan juga menjadi sirna, harga diri kita menjadi turun. Bahkan bisa saja kita menjadi bahan tertawan dan olok-olok orang lain. Banyak bergurau juhga siap menjerembabkan kita kepada jurang kesalahan dan kekeliruan. karena ada baiknya kita berhati-hati untuk tidak selalu bergurau dalam setiap kesempana. tidak berlebih-lebihan dalam bercanda dan tertawa-tawa.
“Siapa yang banyak tertawa, rendah kewibawaannya. Siapa yang bercanda, ia telah meremehkan kewibawaaannya. Siapa yang memperbanyak sesuatu akan dikenal dengan sesuatu itu. Siapa yang banyak bicaranya, banyak kesalahannya , siapa yang banyak salahnya, sedikit rasa malunya, siapa yang sedikit rasa malunya, sedikt wara’ ( penjagaan diri)nya. Siapa sedikit wara’nya mati hatinya, “ begitu kata Umar bin Khaththab. Nabi sendiri juga bercanda, tetapi sekali lagi dalam batas-batas yang wajar biasa dan tidak berkelebihan. Karena itulah suatu saat Nabi pernah bersabda:”Sesungguhnya aku bercanda, tetapi aku tidk pernah berkata kecuali kebenaran “ (HR Tirmidzi)
Pada suatu hari Nabi Muhamad s.a.w sedang bercanda ria dengan para sahabatnya dan membuat hati mereka damai serta riang gembira. Sebagaimana pengakuan Hasan bin ‘Ali yang di sitir oleh Tirmidzi, suatu saat seorang perempuan tua terbata-bata dating kepada Nabi. “Perempuan tua tidak akan masuk surda,” sambut Nabi yang sebenarnya bergurau dan sontak diikuti tangisan perempuan itu dengan sedu- sedan. Kemudian Nabi melanjutkan sabdanya “ besuk disana, engkau tidak lagi perempuan tua seperti sekarang ini” dan hal ini disebutkan dalam salah satu Ayat Al Quran:”Sesungguhnya kami menciptakan mereka ( bidadari-bidadari) dengan langsung dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan” ( QS , Al Wqi’ah: 35-36) Dalam kesempatan yang lain, menurut kisah abu Hurairah yang sempat ditulis Muslim, seorang sahabat bernama Aqra’ bin Habis Pernah melihat Nabi mencium Hasan. “Sesungguhnya aku punya sepuluh anak. Aku tak pernah mencium satu pun dari mereka,”kata Aqra’ kepada Nabi.” Orang yang tidak mengasihi sesungguhnya tidak dikasihi, jawab Nabi.”Engkau juga makan Kurma?Engkaukan Buta”Tanya Nabi sedikit bergurau kepada Shuhaib.”Aku makan dengan yang lain, bukan dengan mata, Rasul,”Jawab Shuhaib membuat Nabi tersenyum, konon,sampai kelihatan gigi gerahamnya.
‘Umar juga pernah bergurau kepada pembantu perempuannnya” Aku diciptakan oleh Yang Menciptakan kebaikan, sedang Engkau diciptakan oleh Yang Menciptakan Kejelekan,” Kata Umar. Pembantu itu pun menangis.”Jangan menangis. Santai saja. Sesungguhnya Allah adalah Pencipta kebaikan dan keburukan,”kata Umar melerai tangisnya.
Dari beberapa kisah diatas dapat kita ambil pelajaran bahwa suatu saat perlu kita untuk sekedar bercanda dan santai menjalani hidup. Meskipun kita tahu bahwa tekun dan ber sungguh sungguh dalam hidup sesungguhnya penting dan tak bisa dibuat main-main, tetap saka kita perlu beberapa penggal waktu untuk istirahat sejenak, santai-santai sembari melepas penat, menemukan gairah kembali atau jati diri yang barangkali hilang entah kemana. Juga mengusir kebosanan dan mengubur kejemuan dalam-dalam. Manusia sesungguhnya diciptakan penuh rasa cinta terhadap hidup nyaman, damai, santau dan jauh dari kesibukan. Karena itu, kita sebagai orang yang mengambil hati dan dicintai orang lain, ada baiknya bergaul dengan mereka sesuai dengan fitrah dan kecenderungan dirinya itu, ada senyum, ada kata-kata yang tidak enak didengar, ada juga yang lain. Itulah pula yang mengiasi pergauulan kita sehari-hari dan yang membuatnya menjadi menarik
Selasa, 13 Juli 2010
Tertawalah Sejenak
Diposting oleh KPRI KIPAS di 08.08
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar